Tempat
Wisata Di Flores Nusa Tenggara Timur (NTT)
.:.
Lamalera (Perburuan Ikan Paus).
Menceritakan tentang aksi sekelompok
nelayan dalam penangkapan ikan paus sperma dengan metode tradisional atau
teknik zaman batu. Inilah garis penghidupan mereka belum berubah sejak
beratus-ratus tahun silam dan belum tersentuh teknologi.
Gambar yang mengagumkan. Sekelompok
nelayan dengan trampil, hanya mengandalkan ketangkasan dan keberanian yang luar
biasa, mereka menangkap untuk menangkap ikan paus sperma sepanjang 75 kaki,
yang akan mereka manfaatkan bagi penyediaan berbagai bahan kebutuhan dan
makanan yang cukup untuk kampung mereka. Dua perahu nelayan bekerja sama,
sedang pimpinan mereka menggantung di udara ketika tombaknya menghunjam tubuh
ikan paus ini. Perburuan ini terjadi di perairan Indonesia, mereka berjuang
lebih dari enam jam, dengan menggunakan tombak dan pisau tradisional untuk
menundukkan ikan paus ini.- Ikan paus ini mereka namai ‘Koteklema’. Akhirnya,
nelayan dari Lamalera (suatu kampung yang terletak disebelah selatan pulau
Lembata di Indonesia), dapat membunuh paus sperma ini dengan cara sangat
tradisional.
Ini semua sangat jauh berbeda dengan
penangkapan ikan paus oleh kapal nelayan Jepang, yang menggunakan granat
harpoon untuk membantai ikan ini untuk kepentingan industri perikanan mereka.
Nelayan ini berlayar dari Lamalera
dengan layar perahu yang ditenun dari daun gebang dan masing-masing kapal
adalah buatan tangan, dengan tidak menggunakan paku atau metal. Tali temali
dibuat dari pintalan serat daun telapak tangan dan serat kayu waru. Mereka
miskin, mereka bermukim dipulau yang berbatu-batu dan tidak datar, sangat
sedikit lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian. penghasilan utama hanya
bergantung pada kegiatan penangkapan ikan yang berlimpah seperti ikan marlin,
ikan tuna, stingray, penyu, ikan gurita dan udang laut. Selama musim melaut
“Lefa Nue” dari bulan Mei sampai Oktober, orang desa ini berburu ikan paus,
ikan hiu dan dolfin. Bagaimanapun, ada rasa kawatir akan masa depan dari
masyarakat disini, jumlah ikan paus ini sudah semakin menurun, perburuan
sekarang lebih sedikit dibanding masa lima tahun yang lalu. Tahun ini mereka
hanya dapat menangkap tiga ikan paus.
“Jika tidak ada damai di antara
kita, tidak akan ada penangkapan ikan paus baik,” kata Anna Bataona orang desa
disana. Mereka percaya bahwa harus ada harmony penghidupan didarat dengan
dilaut, kedamaian didaratan akan memberikan hasil perburuan yang baik.
.:.
Danau Kelimutu (Danau 3 Warna)
A. Selayang Pandang
Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut. Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.)
Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut. Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.)
B. Keistimewaan
Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna coklat kehitaman menjadi biru langit.
Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna coklat kehitaman menjadi biru langit.
C. Lokasi
Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
D. Akses
Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Setiba di Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, wisatawan harus berjalan sepanjang 2,5 km.
Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Setiba di Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, wisatawan harus berjalan sepanjang 2,5 km.
E. Tiket Masuk
Hingga bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000.
Hingga bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Karena menjadi salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah setempat, maka akomodasi di sekitar danau cukup diperhatikan. Terdapat pondok jaga, shelter berteduh untuk pengunjung, MCK, kapasitas lahan parkir yang mampu menampung sekitar 20 mobil, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak menginap.
Karena menjadi salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah setempat, maka akomodasi di sekitar danau cukup diperhatikan. Terdapat pondok jaga, shelter berteduh untuk pengunjung, MCK, kapasitas lahan parkir yang mampu menampung sekitar 20 mobil, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak menginap.
.:.
Pemandian Air Panas Mengeruda
Pemandian air panas Mengeruda di Soa
yang terletak kurang lebih 50 km dari Riung ke arah Selatan pada ketinggian
kurang lebih 1000 meter di atas permukaan laut. Pemandian air panas Mengeruda
adalah salah satu pemandian air panas yang timbul secara alami dari tanah yang
rata dengan suhu rata-rata 30-0 derajat Celcius. Wisatawan asing yang masuk
dipungut bayaran Rp 2.500 per orang. Wisatawan domestik Rp 1.000 per orang.
Para wisatawan yang datang ke situ
umumnnya berendam sepanjang hari di air yang sedikit mengandung belerang itu.
Sore harinya mereka melanjutkan perjalanan. Umumnya ke Bajawa, ibukota
Kabupaten Ngada yang berudara sangat dingin karena terletak pada ketinggian
1200 meter di atas permukaan laut. Pada awalnya, pemandian air panas Mengeruda
adalah pemandiang alam bagi para petani di sekitarnya yang telah lelah bekerja
seharian di ladang.
Sebelum pulang ke rumah mereka
merendamkan diri di situ sehingga segar kembali. Dengan biaya milyaran rupiah
saat ini Mengeruda dipagar tembok. Sumber air yang tumbuh juga dikitari tembok
yang tinggi, tetapi alur sungai yang mengalir tetap dibiarkan secara alami. Di
situlah para petani dan wisatawan berendam. Dengan biaya yang tak sedikit juga
dibangun kolam renang yang airnya dialirkan dari sumber air panas. Tetapi belum
terpakai, kolam renangnya sudah karatan oleh belerang dan mineral sehingga
tampak seperti kubangan kerbau. Mungkin tadinya Pemda Ngada berniat membuat spa
namun apa daya tak bisa direalisasikan.
Sejak bulan Januari sampai bulan
September, wisatawan yang berkunjung ke Mengeruda hanya 200 orang. Bandingkan
dengan Riung yang dikunjungi 2600 orang wisatawan. Kolam renang yang dibangun
mubazir karena para wisatawan asing dan domestik beserta petani memilih mandi
atau berendam diri di sungai air panas yang mengalir. Saat ini masyarakat di
skitar sumber air panas itu resah atau cemas kalau kelak Pemda tidak
memperkenankan lagi para petani masuk ke sumber air panas yang menjadi milik
mereka karena telah dipagar tembok keliling dengan aristektur Bali. Atau mereka
khawatir kalau mereka yang miskin itu juga harus membayar masuk untuk mandi di
sumber air panas mereka sendiri. Karena pengelolaan air panas itu langsung
dikelola oleh Pemda.
.:.
Kampung Megalitik Bena
BENA adalah nama sebuah perkampungan
tradisional yang terletak di Desa Tiworiwu, Kecamatan Aimere, Ngada. Desa ini
terletak di bawah kaki Gunung Inerie sekitar 13 km arah selatan Kota Bajawa.
Perkampungan adat ini terkenal karena keberadaan sejumlah bangunan megalitik yang
dimiliki dan tata kehidupan masyarakatnya yang masih mempertahankan keaslian
perkampungan tersebut. Kampung adat Bena terletak tepat di lereng Bukit Inerie
yang agak menonjol.
Warga setempat menyebut tempat ini
seperti berada di atas kapal karena bentuknya memanjang seperti perahu. Konon
menurut cerita yang dipercaya secara turun temurun, pada zaman dahulu sebuah
kapal besar pernah terdampar di atas lereng gunung itu. Kapal itu tidak bisa
berlayar lagi dan terus terdampar sampai akhirnya air surut dan menjauh dari
tempat itu.
Bangkai kapal kemudian membatu dan
di atasnya kemudian digunakan masyarakat setempat sebagai lokasi perkampungan.
Perkampungan Bena mempunyai daya tarik sendiri bagi para wisatawan karena
bangunan megalitik berupa susunan batu-batuan kuno. Tidak ada yang mengetahui
secara pasti siapa yang mendirikan bangunan megalitik tersebut, namun
masyarakat setempat percaya kalau bebatuan tersebut disusun seorang diri oleh
seorang lelaki perkasa bernama Dhake.
Menurut warga setempat, suatu waktu
datanglah sekelompok orang dan membangun sebuah perkampungan di tempat tersebut
yang kemudian diberi nama Bena. Uniknya, di antara mereka ada seorang lelaki
bernama Dhake yang bertekad ingin menciptakan sebuah kampung yang agung dan
indah. Maka timbulah gagasan dalam benaknya untuk merancang perkampungan itu
dengan menyertakan batu-batu besar sebagai hiasannya.
Terdorong oleh gagasannya itu, ia
kemudian pergi ke Pantai Aimere yang berjarak sekitar seratus kilometer dari
perkampungan Bena. Dari sana ia mengambil batu-batu besar berbentuk lempengan
panjang atau pun meruncing, lalu dipikulnya hingga ke Bena. Batu- batu itu
kemudian disusun sedemikian rupa, ada yang berdiri dan ada pula yang dibiarkan
mendatar. Sususan batu-batu itulah yang saat ini dikenal dengan megalit.
Para tamu yang berkunjung akan
melihat dengan jelas apa yang dimaksud dengan megalit itu. Bentuknya sederhana
berupa susunan batu-batu yang teratur dan berada tepat di tengah perkampungan.
Pada batu megalit ini terlihat jelas bekas telapak kaki yang diyakini
masyarakat setempat adalah telapak kaki milik Dhake. Menurut cerita, pada saat
membangun kampung Bena ini, batu-batu yang dipikul Dhake dari Aimere, masih
lembek dan tidak sekeras yang sekarang ada sehingga bekas tapak kaki Dhake nampak
jelas di atas batu. Para pengunjung yang datang ke tempat ini akan menemukan
jejeran rumah-rumah penduduk yang masih sangat tradisional dan terletak saling
berhadapan.
Rumah-rumah adat yang sering disebut
peo ini, terbuat dari papan berbentuk panggung, beratap alang-alang dipadukan
dengan dinding bambu pada teras depan yang berukuran sekitar 10 kali 10 meter.
Di bagian tengah kampung terdapat monumen adat yang dibangun seperti lopo
(madhu) dan sebuah rumah kecil yang disebut bhaga. Kedua bangunan ini oleh
masyarakat setempat dianggap sebagai simbol pemersatu dari suku yang menempati
perkampungan itu. Masyarakat setempat benar-benar bertekad untuk mempertahankan
keaslian perkampungan tersebut. Semua rumah dibangun menyerupai rumah adat dan
tidak diizinkan membangun rumah dengan campuran yang bergaya modern.
Listrik pun tidak diizinkan sehingga
untuk penerangan hanya digunakan lampu pelita. Hal ini sengaja dikondisikan
untuk mempertahankan citra perkampungan adat tersebut sesuai sejarah
pembangunannya. Masyarakat kampung Bena umumnya ramah terhadap pengunjung,
dimana setiap pengunjung yang datang pasti disambut dengan senyuman, sebagai
sapaan. Kita bisa bertanya-tanya tentang budaya yang mereka miliki dan dengan
sangat baik akan dijelaskan kepada kita perihal budaya setempat.
.:.
Riung 17 Pulau
Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau
Riung merupakan gugusan pulau-pulau besar dan kecil, dengan jumlah 17 Pulau,
yaitu Pulau Pau, Pulau Borong, Pulau Ontoloe (terbesar), Pulau Dua, Pulau
Kolong, Pulau Lainjawa, Pulau Besar, Pulau Halima (Pulau Nani), Pulau Patta,
Pulau Rutong, Pulau Meja, Pulau Bampa (Pulau Tampa atau Pulau Tembang), Pulau
Tiga (Pulau Panjang), Pulau Tembaga, Pulau Taor, Pulau Sui dan Pulau Wire.
Keseluruh pulau tersebut tidak dihuni oleh manusia.
Letak :
Terletak di `daratan Pulau Flores yang secara administrasi pemerintahan termasuk wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada. Kawasan ini berada sekitar 70 Km sebelah uatara Kota Bajawa, ibukota Ngada.
Terletak di `daratan Pulau Flores yang secara administrasi pemerintahan termasuk wilayah Kecamatan Riung, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngada. Kawasan ini berada sekitar 70 Km sebelah uatara Kota Bajawa, ibukota Ngada.
BIOTIK
Flora :
Kawasan Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau merupakan tipe hutan kering dengan vegetasi campuran antara jenis-jenis Ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliacus), kemiri (Aleuritis molucana), pandan (Pandanus tectorius), jati (Tectona grandis), kepuh (Sterculia foetida), kesambi (Schleichera oleosa), cendana (Santalum album), kayu manis (Mangivera indica), asam (Tamarindus indica), sengon laut (Albizia sp), johar (Cassia siamea), nyamplung (Calophyllum inophykum) dan ampupu (Eucalyptus urophylla). Hampir di seluruh pesisir pantai gugus pulau kawasan ini ditumbuhi hutan bakau yang masih utuh dengan jenis-jenis dominan Rhizophora sp, Bruquiera gymnoriza, dan Sonneratia sp.
Fauna :
Aneka jenis fauna yang hidup di kawasan ini diantaranya adalah komodo (Varanus komodoensis), rusa timor (Cervus timorensis), landak (Zaglossus sp), kera (Macaca sp), musang (Paradoxurus haemaproditus), biawak timor (Varanus timorensis), Kuskus (Phalanger sp), ayam hutan (Gallus sp), buaya (Crododulus porosus), serta berbagai jenis burung misalnya elang (Elanus sp), bluwok atau bangau putih (Egretta sacra), sandang glawe atau bangau hitam (Ciconia episcopus), burung perkici dada kuning (Trichoglosus haemotodus), burung nuri (Lorius domicella), tekukur (Streptopelia chinensis), burung wontong atau burung gosong (Megapodius reinwardtii) dan kelelawar (Pteropsus veropirus).
Aneka jenis fauna yang hidup di kawasan ini diantaranya adalah komodo (Varanus komodoensis), rusa timor (Cervus timorensis), landak (Zaglossus sp), kera (Macaca sp), musang (Paradoxurus haemaproditus), biawak timor (Varanus timorensis), Kuskus (Phalanger sp), ayam hutan (Gallus sp), buaya (Crododulus porosus), serta berbagai jenis burung misalnya elang (Elanus sp), bluwok atau bangau putih (Egretta sacra), sandang glawe atau bangau hitam (Ciconia episcopus), burung perkici dada kuning (Trichoglosus haemotodus), burung nuri (Lorius domicella), tekukur (Streptopelia chinensis), burung wontong atau burung gosong (Megapodius reinwardtii) dan kelelawar (Pteropsus veropirus).
Terumbu Karang :
Disamping itu, kawasan Tujuh Belas Pulau juga kaya akan ekosistem terumbu karang dan jenis-jenis biota perairan laut. Terdapat sekitar 27 jenis karang
diantaranya adalah Montipora sp, Acropora sp, Lobophylla sp, Platygyra sp, Galaxea sp, Pavites sp, Stylopora sp, Pavona sp, Echynophylla sp dan Echynopora sp. Jenis-jenis biota yang hidup diperairan antara lain adalah mamalia laut seperti duyung (Dugong dugon), lumba-lumba dan paus (Physister catodon) serta aneka ikan hias yang hidup di karang-karang.
Disamping itu, kawasan Tujuh Belas Pulau juga kaya akan ekosistem terumbu karang dan jenis-jenis biota perairan laut. Terdapat sekitar 27 jenis karang
diantaranya adalah Montipora sp, Acropora sp, Lobophylla sp, Platygyra sp, Galaxea sp, Pavites sp, Stylopora sp, Pavona sp, Echynophylla sp dan Echynopora sp. Jenis-jenis biota yang hidup diperairan antara lain adalah mamalia laut seperti duyung (Dugong dugon), lumba-lumba dan paus (Physister catodon) serta aneka ikan hias yang hidup di karang-karang.
W I S A T A
Obyek wisata
Kawasan Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau memiliki kekayaan sumber daya alam hayati, baik yang hidup di daratan maupun di perairan, serta panorama dan fenomena alam indah, yang mana keseluruhannya sangat potensial bagi kegiatan rekreasi dan pariwisata alam. Adapun potensi utama wisata alam di kawasan ini adalah sebagai berikut .
Beberapa obyek wisata yang berada di
dalam dan di luar kawasan TWA Tujuh Belas Pulau merupakan potensi alam yang
cukup menarik untuk berbagai kegiatan wisata, baik wisata darat maupun
perairan. Beberapa kegiatan wisata lama yang bisa dilakukan di kawasan ini
meliputi lintas alam pantai dan panorama alam bawah laut, serta wisata bahari.
Satwa Komodo.
Di beberapa daerah dan pulau di Taman Wisata Alam ini, antara lain di daerah Torong Padang, hidup komodo yang pada musim atau waktu tertentu bisa dilihat dari atas kapal, sementara kapal tersebut diberhentikan.
Rekreasi bahari.Dengan menggunakan kapal atau speed boat yang beralaskan fibre glass, para pengunjung bisa menikmati indahnya kehidupan alam bawah laut yakni keanekaragaman jenis karang yang warna-warni dengan berbagai jenis ikan hias yang indah dan sangat mempesona. Dengan airnya yang sangat jernih, maka kegiatan berenang, snorkling, memotret bawah laut dan menyelam akan menambah keasyikan.
Di beberapa daerah dan pulau di Taman Wisata Alam ini, antara lain di daerah Torong Padang, hidup komodo yang pada musim atau waktu tertentu bisa dilihat dari atas kapal, sementara kapal tersebut diberhentikan.
Rekreasi bahari.Dengan menggunakan kapal atau speed boat yang beralaskan fibre glass, para pengunjung bisa menikmati indahnya kehidupan alam bawah laut yakni keanekaragaman jenis karang yang warna-warni dengan berbagai jenis ikan hias yang indah dan sangat mempesona. Dengan airnya yang sangat jernih, maka kegiatan berenang, snorkling, memotret bawah laut dan menyelam akan menambah keasyikan.
Keindahan panorama.
Selain keindahan bawah laut, kawasan ini juga menyajikan keindahan panorama alam yang sangat memikat bagi siapa saja, khususnya para pecinta alam. Dengan menggunakan speed boat atau kapal biasa, selain bisa menyaksikan keindahan bawah laut, kita juga sekaligus bisa menikmati keindahan panorama yang dibentuk alam secara artistik. Apabila kita mendarat di salah satu pulau, biasanya di Pulau Rutong, kita bisa menyaksikan indahnya air laut yang biru muda, jernih dan riakan-riakan kecil, dengan tebaran pulau-pulau besar kecil di sekelilingnya merupakan suatu pemandangan yang sangat menakjubkan.
Selain keindahan bawah laut, kawasan ini juga menyajikan keindahan panorama alam yang sangat memikat bagi siapa saja, khususnya para pecinta alam. Dengan menggunakan speed boat atau kapal biasa, selain bisa menyaksikan keindahan bawah laut, kita juga sekaligus bisa menikmati keindahan panorama yang dibentuk alam secara artistik. Apabila kita mendarat di salah satu pulau, biasanya di Pulau Rutong, kita bisa menyaksikan indahnya air laut yang biru muda, jernih dan riakan-riakan kecil, dengan tebaran pulau-pulau besar kecil di sekelilingnya merupakan suatu pemandangan yang sangat menakjubkan.
.:.
Taman Nasional Komodo
Cerita Penemuan Sang Naga
Sepenggal kisah, kepopuleran pulau
komodo berawal pada tahun 1910 ketika para pasukan belanda menerima laporan
adanya monster naga yang mendiami sebuah pulau yang kemudian diterbitkan dalam
sebuah paper hindia belanda oleh Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi di
Bogor, kabar ini tersebar hingga seantero dunia, kabar ini pula yang mendorong
W. Douglas Burden melakukan ekspedisi ke pulau komodo tahun 1926 dan kemudian
menjadi orang pertama yang memberi nama Komodo Dragon.
Taman ini didirikan tahun 1980
letaknya di antara Pulau Sumbawa dan Flores dengan luas 1817km2 yang 6 tahun
kemudian ditetapkan sebagai situs warisan alam dunia dan cagar biosfir oleh
UNESCO tempat konservasi untuk melestarikan Komodo, sebetulnya bukan hanya
habitat naga purba yang legendaris ini saja yang dilestarikan karena TNK juga
rumah bagi begitu banyak keanekaragaman hayati didarat maupun laut, jadi disana
mata kita akan dimanjakan oleh pemandangan yang elok dan aktifitas binatang
yang menarik.
TNK terdiri dari 3 pulau besar yang
indah, Pulau Komodo, Rinca dan Padar, selain tempat habitat Komodo taman ini
juga sebagai rumah bagi setidaknya 1000 spesies ikan, ratusan spesies karang,
koral dan 70 jenis tanaman sponge , 19 spesies paus dan lumba-lumba, juga
banyak terdapat plankton yang merupakan makanan utama Pari Manta (Manta
Birostris), binatang eksotis yang bisa dijadikan ikon bahari kawasan TNK.
Tanah warna merah TNK yang terpantul
dari terik matahari flores sangat memikat mata, bentangan hutan kering dan
savana dipadu dengan daerah perbukitan menghadirkan keindahan tiada tara,
paduan biru langit, putihnya sapuan awan tipis, merah tanah dan hijau savana
memberikan keindahan lukisan alam tersendiri tiada bandingannya, pesona
keindahan TNK membuat pulau ini memang layak dikunjungi.
Ada begitu banyak pertunjukan alam
di TNK tapi pertunjukan utama tentu menyaksikan dari dekat satu-satunya habitat
asli dari salah satu hewan purba yang masih berkembang biak sampai saat ini,
anda bisa berdekat-dekat dengan hewan ini sambil mengbayangkan hidup jutaan
tahun lalu, indahnya.
Jangan mengkhawatirkan keganasan
Komodo, karena ketika berkunjung ke TNK anda akan didampingi para Jagawana atau
Ranggers sebutan untuk para pemandu yang gagah menghalau jika komodo terlalu
dekat dengan kita, para jagawana ini bisa dikenali dari tongkat panjang
bercabang seperti ketapel pada ujungnya yang ia bawa, para rangger pula lah
yang akan memilihkan Track yang sesuai dengan kemampuan kita.
Keindahan Laut
Bagi para penyelam, keindahan
keanekaragaman laut di TNK akan menjadikan pulau ini satu tempat selam terbaik
didunia, saya yakin itu, dengan gugusan karang yang mencapai 17 km dan macam
keindahan faunanya akan memanjakan siapa saja yang melihatnya, ada banyak
lokasi selam di TNK tapi yang paling populer ada 3, Pantai Merah, Gililawa dan
Karang Makassar, tidak hanya menyelam anda juga bisa Snorkelling atau sekedar
menikmati keindahan disekitar pesisir.
TNK juga terkenal sebagai salah satu
tempat yang memiliki arus tercepat didunia, ini karena Pulau Komodo dan Pulau
Rinca membentuk lintasan leher botol antara Samudera Pasifik dan Samudera
hindia Selatan, selama pasang surut air akan mengalami pertukaran dan dipaksa
mengalir melewati lintasan botol leher yang relatif sempit ini, yang
mengakibatkan arusnya menjadi sangat cepat, namun bagi para penyelam ini justru
tantangan yang mengasyikan
Sumber : Portal Bisnis #1 di NTT
www.nusacendanabiz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar